Rabu, 28 Desember 2011

PERNYATAAN SIKAP AKSI KEMANUSIAAN DPD IMM DIY Tanggal 26/12/2011

“TRAGEDI KEMANUSIAAN, PERNGHIANATAN DAN KETIDAKPEDULIAN REZIM SBY-BOEDIONO”

Negara mempunyai hak dan kewajiban penuh atas kesejahteraan rakyatnya. Segala bentuk yang menjadi kesejahteraan orang banyak menjadi dasar kebutuhan yang tak bisa ditawar kembali. Negara menjadi ruang bagi seluruh anak bangsa untuk mendapatkan jaminnan keamanan, kesehatan, pendidikan bahkan kesejahteraraan. Sebab pada hakekatnya Negara yang maju tak lain adalah Negara yang mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Negara sebagai objek hanya bisa dihidupkan oleh rakyat, pemimpin dan segala perangkat yang ada didalamnya tak terkecuali aparat. Maka sikap pemimpin dan aparat haruslah mencerminkan apa yang menjadi keinginan rakyat. Tempat dimana rakyat bisa menggantungkan harapan dan keinginannya.

Kala pemimpin dan aparat sudah berbalik arah dari apa yang sudah menjadi mandat rakyat. Maka, tak ada jalan lain selain mencabut mandat yang melekat pada mereka [pemimpin dan aparat]. Dan hari ini rezim SBY-Boediono sudah menampakkan kelaliman yang luar biasa. Aparat kian represif menghadapi protes dari rakyat. Liat saja tragedi yang baru terjadi di Sape Bima yang menewaskan 2 orang, Mesuji 9 orang dan Papua 19 orang. Dan sampai saat ini belum ada kejelasan tentang penyelesainya. Sialnya, Tragedi kemanusiaan belakangan ini kemudian terbalut oleh masalah kekuatan modal, mulai perebutan tanah sampai dengan masalah upah.

Kekuatan pemodal benar-benar mampu menyetir aparat dan negara. Pemodal seakan menampakkan bahwa aparat tak lebih anjing penjaga bagi kepentingan para pemodal. Aliran uang yang diberikan oleh Preeport pada aparat beberapa waktu lalu malah disanggah menjadi uang makan. Padahal jelas bahwa arapat dibiayai oleh Negara dan haram mendapatkan “uang haram” diluar apa yang sudah menjadi haknya. Dan sialnya, masalah ini menguap dan akhirnya menghilang tanpa sebab. Disisi lain sejak tahun 2004-2008 Preeport mendapatkan pendapatan mencapai Rp. 198 triliun sedangkan pemerintah hanya menerima Rp. 21 triliun dalam bentuk pajak dan royalti. Ironis!

Tragedi kemanusiaan merupakan bentuk pemberiaran pemerintah. Sebab tindakan yang dilakukan aparat selain represif biasanya hadir jika sudah terjadi konflik vertical dikalangan rakyat. Karenanya, penyelesaian yang dilakukan oleh aparat cenderung berakhir dengan runyamnya konflik. Rakyat kemudian berhadapan dengan aparat yang digajinya. Dan hasilnya penegakan hukum hanya menjadi angan-angan belaka.

Penegakan hukum yang tadinya menjadi alat jual rezim SBY-Boediono seakan menjadi dua sisi mata pedang yang saling bertolak belakang. Suburnya praktek mafia menjadi tanda dibalik gincu manis praktek pencitraan diri yang luar biasa. Survey yang dilakukan oleh Transparansi Internasional tahun 2011 menepatkan Indonesia pada rangking 100 dari 183 negara terkorup. Kasus Century, Kasus Wisma Atlet Nazaruddin, Rekening Gendut para jenderal, Kemenakerstran, Gayus dan lainnya menjadi kasus yang belum teselesaikan. Oleh karena itu Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DPD IMM DIY) menuntut :

1. Aparat bukan centeng atau anjing penjaga kaum pemodal
2. Tuntaskan tragedi pelanggaran HAM Tanjung Priok, 1998, Marsinah, Munir,
Ahmadiyah, Papua, Mesuji, Sape Bima dan seluruh pelanggaran HAM Lainnya
3. Cabut UU Penanaman Modal Asing, UU Mineral, UU Sumber Daya Air (SDA) dan
seluruh UU yang menyengsarakan rakyat.
4. Pemerintahan SBY gagal dalam penegakan hukum dan HAM
5. Hentikan keberpihakan pada pemodal Asing
6. Segera nasionalisasi sector pentambangan Preeport, Chevron, Exxon Mobile,
Shell dan semua pertambangan asing lainnya.
7. Tuntaskan skandal kasus Bank Century, Rekening Gendut para Jenderal, Korupsi
Wisma Atlet, Gayus, Kemenakerstran dan seluruh korupsi yang multimensi
8. Adili para perampok uang Negara dan wujudkan kesejahteraan bagi rakyat miskin
9. Tolak pemerintahan busuk
10. Tolak perjanjian liberalisasi perdagangan

Demikian pernyataan sikap ini disampaikan, semoga perjuangan ini tak pernah berakhir dengan cara mendiamkan diri dan membiarkan segalanya berakhir tanpa penyelesaian.

Jayalah IMM Jaya..

DPD IMM DIY

Rabu, 09 November 2011

TURBA PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN SLEMAN

Pada Hari Selasa, 08 November 2011 M/ 13 Dzulhijjah 1432 H telah diadakan Acara Turba Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sleman di SMK Muhammadiyah 2 Sleman, beralamat di Medari, Caturharjo, Sleman. Acara ini dimulai pada sore hari pukul 14.30 WIB. acara ini merupakan Turba PDM Sleman ke dua PCM yakni PCM Sleman dan PCM Tempel.seusai acara ini, dilanjutkan malam hari pukul 19.00WIB yang bertempat Gedung PDM Sleman, di Jalan Magelang KM 6,5, Jombor, Sinduadi, Mlati, merupakan Turba PDM Sleman ke dua PCM, yakni PCM Gamping dan Mlati.

Agenda Acara PDM sleman ini, juga digunakan oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), beliau Drs. H. Afnan Hadikusumo untuk melaksanakan masa Reses beliau. Kabupaten Sleman pada kesempatan ini memang menjadi prioritas utama agenda beliau dengan banyaknya kunjungan beliau ke bawah, yakni Pimpinan Cabang Muhammadiyah se-Sleman, sebagaimana Agenda Turba PDM Sleman ini. Beliau melaporkan kegiatan selama menjadi anggota DPD RI beserta program-programnya, dilanjutkan dengan dialog interaktif, tanya jawab dengan tamu undangan Cabang Muhammadiyah setempat, dan pemberian paket buku DPD RI ke lembaga pendidikan amal usaha Muhammadiyah setempat, supaya menjadikannya sebagai bahan referensi dan kepustakaan di sekolah-sekolah.

Dihadiri Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Drs. H. Abdul Chaliq Muchtar, M.Si , Harjaka,S.Ag, S.Pd, MA. Drs. Suwarso, H. Umar,BA, H. Arif Mahfud, S. Ag, Saridjan, Ketua PCM Sleman Ismaraman beserta Pimpinan Cabang 'Aisyiyah, Ketua PCM Tempel Riang Gumanti beserta Pimpinan Cabang 'Aisyiyah, Ketua PCM Gamping Imam Sukiman beserta Pimpinan Cabang 'Aisyiyah, dan Ketua PCM Mlati H.Taslim Jerussalem beserta Pimpinan Cabang 'Aisyiyah, Acara ini juga disukseskan oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Kabupaten Sleman.

Fastabiqul Khairat.

LINK TO THIS URL=

http://sleman.muhammadiyah.or.id/berita-589-detail-turba-pimpinan-daerah-muhammadiyah-kabupaten-sleman.html#

Rabu, 02 November 2011

MUHAMMADIYAH TETAPKAN IDUL ADHA 10 DZULHIJJAH, AHAD PON, 06 NOVEMBER 2011 M

Muhammadiyah sudah jauh hari menetapkan dalam kalendernya & sebelum idul fitri 1432H yg lalu saat konferensi pers Yunahar Ilyas-Oman Fathurahman menyatakan bahwa= Konjungsi (ijtima') jelang dzulhijjah 1432 H, hari kamis (27/10), pukul 02:57:10 WIB, Tinggi hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta +6drajad 28'53" (hilal sudah wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam hilal sudah berada di atas ufuk. Maka 1 dzulhijah 1432 H jatuh pada jum'at 28/10/2011. Sehingga puasa arafah 9 dzulhijah 1432 H jatuh pada: sabtu pahing, 5 november 2011 M & idul adha 10 dzulhijah 1432 H jatuh pada: ahad pon, 6 november 2011 M

SELAMAT MENUNAIKAN PUASA ARAFAH, SELAMAT BERQURBAN,,!!


By: Majelis Pustaka dan Informasi PDM Sleman


LINK TO THIS URL=

1.Maklumat PP Muhammadiyah, tentang IRamdhan, Syawal, Dzulhijjah =

http://www.muhammadiyah.or.id/id/download-maklumat-pimpinan-pusat-muhammadiyah.html

2. News Hasil Sidang Isbat Kementrian Agama RI, yang diundur hari Jum'at, 28 Oktober 2011 M=

http://m.poskota.co.id/berita-terkini/2011/10/28/hasil-sidang-itsbat-pemerintah-tetapkan-idul-adha-6-november

3.Kemungkinan bersama dengan Arab Saudi, Kalender Ummul Quro=

http://m.detik.com/read/2011/10/25/220113/1752531/10/kalender-ummul-quro-saudi-wukuf-5-november-idul-adha-6-november

www.annaafi.com/2011/10/awal-dzulhijjah-1432h-diprediksi-serentak-di-indonesia-dan-arab-saudi/

Kamis, 08 September 2011

OTORITAS DAN KAIDAH MATEMATIS: REFLEKSI ATAS PERAYAAN IDULFITRI 1432 H

01 September 2011 23:21
Oleh: Prof.Dr.Syamsul Anwar, dlm http://www.muhammadiyah.or.id/id/artikel-otoritas-dan-kaidah-matematis-refleksi-atas-perayaan-idulfitri-1432-h--detail-32.html

Alhamdulillah hari raya Idulfitri 1432 H telah dapat dirayakan dengan khidmat. Walaupun ada perbedaan tentang hari jatuhnya Idulfitri itu, di mana pada satu sisi ada yang menjatuhkannya pada hari Selasa 30 Agustus 2011 dan di sisi lain ada yang menjatuhkannya pada hari Rabu 31 Agustus 2011, namun masing-masing pihak telah dapat menjalankannya dengan damai dan rukun, tanpa terjadi pertikaian antara pihak-pihak yang merayakannya pada hari berbeda itu. Bahkan masyarakat umum yang tidak begitu memahami sumber masalah perbedaan itu dapat memilih hari yang mereka inginkan untuk beridulfitri.

Akan tetapi meskipun Idulfitri telah berjalan dengan damai dan rukun, tetap saja tersisa permasalahan yang timbul dari perbedaan itu. Tidak dipungkiri bahwa perbedaan jatuhnya hari raya itu adalah suatu ketidaknyamanan karena ada ketidakbersamaan kaum Muslimin dalam merayakannya. Di satu sisi ada yang saling kunjung ke rumah tetangga dan makan-makan, sementara yang lain masih berpuasa. Namun juga harus diakui bahwa penyatuan jatuhnya hari Idulfitri itu tidak gampang, tidak semudah sepasang remaja bikin janji ke pantai bersama, “Mas Minggu besok rekreasi bareng ya di pantai, soalnya habis ujian semester pikiranku buntet banget, perlu refreshing.” “Ya, setuju, aku juga sama. Dah, besok kuampiri ya!” Selesailah masalah. Kesepakatan untuk “rekreasi Minggu besok” tidak memerlukan pertimbangan ilmiah yang mendalam karena itu hanya soal selera dan bisa diputuskan dengan prinsip “setuju-setuju saja”. Namun tentu tidak demikian halnya dengan penentuan jatuhnya hari raya semisal Idulfitri atau Iduladha. Masalah ini bukan soal selera. Masalah ini memerlukan suatu kajian panjang dan mendalam baik dari segi ilmu syariah maupun dari segi ilmu astronomi. Keputusan itu tidak dapat diambil berdasarkan prinsip “setuju-setuju saja”. Ini semua tentu menjadi tantangan para ilmuwan terkait baik dari bidang syariah maupun astronomi.

Diskusi mengenai masalah ini cukup ramai. Dan dalam diskusi yang ramai itu ada pakar yang langsung menyalahkan Muhammadiyah karena terlalu jumud berpegang kepada hisab wujudul hilal (walaupun Muhammadiyah juga dapat mengatakan hal yang sama bahwa pihak lain terlalu kaku berpegang kepada rukyat atau hisab imkanur rukyat 2 derajat yang tidak ilmiah itu). Dikatakan, “sumber masalah utama adalah Muhammadiyah yang masih kukuh menggunakan hisab wujudul hilal.” Dikatakan lagi, “Banyak kalangan di intern Muhammadiyah mengagungkannya, seolah itu sebagai simbol keunggulan hisab mereka yang mereka yakini, terutama ketika dibandingkan dengan metode rukyat. Tentu saja mereka [adalah] anggota fanatik Muhammadiyah, tetapi sesungguhnya tidak faham ilmu hisab, seolah hisab itu hanya dengan kriteria wujudul hilal.” “Dari segi astronomi, kriteria wujudul hilal adalah kriteria usang yang sudah lama ditinggalkan di kalangan ahli falak.”

Tampaknya nada statemen ilmuwan tersebut sangat memihak dan sedikit emosional juga terasa ada semacam (dengan bahasa diperhalus) “kebanggaan” tersembunyi atas status sebagai astronom senior. Seolah-olah apa yang berjalan sekarang ini, itulah yang betul dan karena itu tidak dikritik. Justeru yang mengkritik dan menolak, dalam hal ini Muhammadiyah, adalah pihak yang harus dipersalahkan sebagai biang keladi permasalahan. Dalam sejumlah tulisan pakar bersangkutan, penulis belum menemukan kritik-kritiknya terhadap penetapan awal bulan kamariah yang berlaku sekarang, kecuali kritik terhadap kriteria yang dipakai sebagian ormas seperti Muhammadiyah. Juga disayangkan pakar bersangkutan belum pernah menyarankan satu rancangan kalender pemersatu yang pasti padahal di tangannya terdapat perangkat ilmu untuk itu.

Apakah orang Muhammadiyah sangat fanatik terhadap hisab wujudul hilal? Hal itu mungkin saja demikian, tetapi jelas tidak semuanya. Tentu banyak ahli-ahli falak Muhammadiyah yang juga mengerti hisab yang lain dan dapat membandingkannya dan kemudian dari hasil perbandingan itu menjatuhkan pilihan pada hisab wujudul hilal. Penulis sendiri adalah warga Muhammadiyah (dengan bidang studi syariah, bukan astronomi) yang tentu secara emosional akan sangat bersimpati dengan kebijakan penetapan awal bulan Muhammadiyah. Tetapi di sini penulis tidak ingin membela hisab wujudul hilal. Hisab wujudul hilal hanyalah salah satu metode hisab penentuan awal bulan di antara sekian metode hisab yang ada. Walaupun demikian tentu boleh memberi pendapat. Cuma memang pasti akan dirasakan sebagai sebuah pendapat apologis karena diberikan oleh orang yang secara emosional adalah bagian daripadanya. Namun demikian silahkan pembaca untuk melihatnya secara obyektif saja.

Kalau soal usangnya, munurut penulis, hisab wujudul hilal tidak usang-usang banget. Hisab ini merupakan perkembangan dari hisab-hisab sebelumnya yang dirasa tidak dapat memberikan kepuasan. Di Arab Saudi, hisab wujudul hilal dipakai oleh Pusat King Abdul Aziz untuk Pengembangan Sains dan Teknologi, yang bertanggungjawab atas penyusunan kalender resmi pemerintah Arab Saudi Kalender Ummul Qura yang berkembang luas di berbagai bagian dunia termasuk digunakan oleh Windows Vesta, baru pada tahun 1424 H (baru sejak 7 tahun lalu) karena kasus bulan Rajab 1424 H (Agustus 2003). Sampai saat itu kaidah kalender yang digunakan adalah moonset after sunset (artinya bahwa apabila pada sore hari ke-29 bulan berjalan, bulan terbenan sesudah terbenamnya matahari, maka malam itu dan keesokan harinya adalah bulan baru). Namun ternyata kaidah kalender tersebut mengalami problem dengan “hilal” Rajab 1424 H pada sore Rabu 27 Agustus 2003 M. Pada sore itu matahari terbenam di Mekah (Kakbah) pukul 18:45 Waktu Saudi dan bulan terbenam 8 menit kemudian, yakni pukul 18:53 Waktu Saudi. Jadi kriteria bulan baru telah terpenuhi, yaitu bulan tenggelam sesudah tenggelamnya matahari, sehingga mestinya malam Kamis 28 Agustus 2003 M dan keesokan harinya (Kamis 28 Agustus 2003 M) adalah tanggal 1 Syakban 1424 H. Tetapi ternyata saat matahari terbenam sore Rabu 27 Agustus 2003 itu belum terjadi ijtimak (konjungsi) karena ijtimak terjadi hampir dua jam kemudian, yakni pukul 18:26 Waktu Saudi. Karena kasus ini, para penanggung jawab kalender Ummul Qura memperbaiki kaidah kalendernya dengan menambahkan satu parameter baru, yakni saat matahari terbenam harus sudah terjadi ijtimak. Sejak saat itu kemudian kalender Ummul Qura memakai wujudul hilal. Jadi ini adalah perkembangan dari metode sebelumnya yang dirasa tidak memuaskan.

Di dalam Muhammadiyah hisab wujudul hilal sudah digunakan sejak abad yang lalu. Sejak penulis mulai masuk menjadi pengurus Muhammadiyah tahun 1985 di PMW DIY dan sejak tahun 1990 di Pimpinan Pusat, hisab ini sudah dipakai dan terus berlaku hingga sekarang. Ada perubahan, namun hanya perubahan cara menghitung, bukan perubahan kriteria (kaidah memulai bulan baru). Harap dibedakan antara kaidah memasuki bulan baru dan metode perhitungan. Kaidah memasuki bulan baru dalam hisab wujudul hilal adalah tiga parameter yang kita semua sudah tahu, yaitu (1) telah terjadi ijtimak, (2) ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, (3) saat matahari terbenam hilal di atas ufuk. Kriteria ini adalah suatu kriteria yang sifatnya non penampakan, karena itu tidak memerlukan observasi untuk mengujinya seperti halnya peristiwa ijtimak dan terbenamnya matahari tidak diobservasi. Kalau diragukan akurasi kriteria ini, jangan-jangan bulan sebetulnya di bawah ufuk, namun diklaim di atas ufuk karena kurang akurasinya perhitungan, maka ini bukan soal kriteria itu sendiri, melainkan ini adalah soal akurasi metode menghitung posisi bulan. Metode menghitung ini bisa terus menerus diperbaiki. Dalam praktik wujudul hilal di Muhammadiyah metode menghitung ini mengalami perkembangan dalam hal daftar ephemeris yang menjadi sumber data benda langit pada waktu tertentu yang digunakan. Di Zaman Kiyai Wardan, sebagaimana disebutkannya dalam bukunya Hisab Urfi dan Hakiki, digunakan daftar yang diambilnya sebagian dari kitab al-Mathla’ as-Sa’id fi Hisabat al-Kawakib ‘ala ar-Rashd al-Jadid dan dari Zij Aala’uddin Ibn Syathir, kemudian pada zaman Sa’duddin Dajmbek digunakan digunakan nautical almanac, lalu terakhir digunakan Ephemeris Hisab Rukyat. Bahkan rumus hitungannya pun terbuka untuk dikoreksi tanpa mengubah kaidah memasuki bulan baru itu sendiri. Kalau metode hitung ini juga mau diuji secara empiris pun bisa dilakukan tanpa mengubah kriterianya. Ketika hilal dihitung dengan metode ini ternyata tingginya adalah 6 derajat seperti jelang Ramadan lalu, maka silahkan diuji melalui observasi apa memang betul tingginya 6 derajat. Kalau betul, berarti hitungan itu akurat atau mendekati akurat. Kalau tidak, berarti metode menghitungnya harus diperbaiki tanpa mengubah kaidah bulan baru itu sendiri. Jadi alasan bahwa hisab wujudul hilal lemah karena tidak dapat diuji secara empiris adalah tidak relevan. Apa yang dikemukakan di atas adalah suatu pendapat, tidak bermaksud memberikan apologi terhadap keunggulan wujudul hilal. Silahkan pembaca menilainya.

Penulis juga ingin mengajak pembaca untuk melihat suatu yang menurut penulis adalah hal positif dalam kebijakan penetapan awal bulan Muhammadiyah itu. Tetapi ini mungkin sekali lagi terasa sebagai sebuah apologi karena dikemukakan oleh orang yang merupakan bagian dari sistem bersangkutan. Tetapi tujuan penulis di sini tidak hendak berapologi. Hanya ingin mengemukakan pendapat. Ini tentu sah-sah saja, dan sekali lagi silahkan pembaca melihatnya secara obyektif saja. Hal positif dimaksud adalah bahwa dalam kebijakan penetapan awal bulan Muhammadiyah itu terkandung suatu nilai edukasi bagi masyarakat luas bahwa suatu sistem penanggalan yang baik adalah suatu sistem kalender yang dapat memberikan penjadwalan waktu yang akurat dan pasti jauh ke depan sehingga bisa dipedomani jauh-jauh hari sebelumnya. Sistem yang tidak dapat memberikan penjadwalan waktu (hari/tanggal) yang pasti jauh ke depan adalah suatu sistem yang buruk dan bertentangan sifat sebagai sebuah kalender yang terstruktur secara seksama, bahkan bertentangan dengan maksud dari kalender itu sendiri. Sistem kalender bertujuan untuk memudahkan masyarakat penggunanya merencanakan kegiatannya disesuaikan dengan sistem penjadwalan waktu yang dimilikinya. Untuk itu sistem waktu tersebut harus akurat dan pasti agar rencana kegiatannya tidak menjadi berantakan akibat sistem waktu yang tidak pasti. Suatu sistem penanggalan yang akurat dan bagus harus dapat menjadwalkan waktu secara pasti ke depan dan harus dapat dilacak secara pasti pula jadwal waktunya di masa lalu. Untuk itu penetapan jadwal waktu itu harus lahir dari kaidah matematis kalender itu sendiri tanpa campur tangan otoritas luar mana pun selain dari kaidah kalender tersebut. Apabila setiap penetapan momen penting ditentukan oleh suatu otoritas lain di luar kaidah matematis kalender itu sendiri, maka kita akan menghadapi penjadwalan waktu yang tidak pasti karena jawal waktu tersebut akan sangat tergantung kepada ketetapan yang akan dikeluarkan pada detik-detik akhir menjelang saat dimulainya momen bersangkutan. Sebaliknya juga kita tidak dapat melacak jadwal waktu penanggalan tersebut di masa lalu karena tidak lahir dari kaidah matematisnya yang ajek. Kita harus mencari arsip surat keputusan otoritas yang menetapkannya hari apa ia menjatuhkan 1 Syawal tahun tertentu di masa lampau. Ini adalah sistem yang buruk. Saudara-saudara kita umat Kristiani dalam menentukan kapan melakukan selebrasi hari Natal telah dapat mengetahui hari jatuhnya jauh hari sebelumnya berdasarkan kaidah kalender Masehi yang mereka gunakan, bukan karena keputusan otoritas penguasa yang melakukan isbat menjelang saat dimulainya momen itu.

Jadi apabila Muhammadiyah dikatakan terlalu kuat berpegang kepada hisab, hal itu adalah karena alasan ini. Dari segi keserhanaan prosedur, biaya murah, dan kemampuan memberikan kepastian jadwal tanggal di masa depan, pendekatan Muhammadiyah jauh lebih maju. Dalam sistem kalendernya, penentuan tanggal merupakan hasil dari logika kalender sendiri tanpa campur tangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan memang ia tidak mempunyai kewenangan itu. Pimpinan Pusat hanya mengumumkan hasil dari sistem kalender itu sendiri dan karena itu dapat dilakukannya jauh hari sebelumnya dan itu sangat memudahkan bagi masyarakat untuk menyusun dan menyesuaikan kegiatan hidupnya. Memang, kalender Muhammadiyah itu belum bersifat global dan ini tentu menjadi tantangan para ahli ilmu falak dan astronom Muhammadiyah untuk melakukan kajian guna menyempurnakan sistemnya hingga dapat menjadi suatu kalender pemersatu yang baik.

Kebijakan penggunaan hisab dengan memastikan penjadwalan waktu jauh hari sebelumnya sekaligus merupakan suatu kritik yang tidak diucapkan, melainkan disampaikan melalui praktik, terhadap kebijakan penjadwalan waktu dalam kalender yang, maaf kalau ini subyektif, amat buruk yang berlaku sekarang. Bayangkan menjelang detik-detik terakhir, awal bulan baru belum dapat ditentukan karena otoritas “berwenang” belum menetapkannya. Betapa tidak buruk, orang Muslim di Indonesia bagian timur sudah pukul 10:00 malam WIT masih belum mendapat kepastian apakah masih akan salat tarawih atau akan melakukan takbiran untuk menyambut datangnya lebaran. Kalau ternyata besoknya belum lebaran berarti mereka akan melaksanakan salat tarawih setelah jam 10:00 malam itu yang mereka mungkin sudah ngantuk dan lelah karena seharian berpuasa dan bekerja berat. Seandainya ada suatu sistem kalender yang pasti yang bisa menetapkan penjadwalan waktu jauh hari sebelumnya berdasarkan kaidah kalender itu sendiri, maka para tokoh alim ulama, para pakar ilmuwan dan para pejabat yang berkumpul di sidang isbat itu tentunya akan bisa berada di mesjid untuk salat tarawih bila menurut kalender lebarannya lusa, atau takbiran guna menyambut lebaran besok harinya.

Penulis setahun lalu pernah mendapat keluhan dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri di mana umat Islam minoritas. Keluhannya adalah mendapat kesulitan untuk menyewa tempat salat id karena tempat tersebut harus dibooking jauh hari sebelum id, sementara ketentuan lebarannya belum pasti kapan karena masih menunggu hasil rukyat. Serta banyak lagi keluhan lain semisal pekerja Muslim di negara minoritas Islam sulit mendapatkan cuti Idulfitri karena tidak bisa memberi kepastian jatuhnya id jauh hari sebelumnya.

Semua ini terjadi karena tiadanya suatu sistem kalender yang memastikan tanggal berdasarkan kaidah kalender itu sendiri. Yang ada adalah menanti keputusan otoritas kekuasaan yang akan memutuskannya pada detik-detik terakhir menjelang hari H. Selain itu penyelenggaraan sidang isbat untuk menentukan kepastian tanggal itu juga tentu memakan biaya besar, apalagi ditambah dengan biaya tim pengintai hilal di puluhan titik pengamatan. Apabila sistem kalender menggunakan metode yang lebih sederhana tetapi pasti tentu biaya itu tidak perlu dikeluarkan. Apa itu bukan sebuah pemborosan yang sebetulnya bisa digunakan untuk keperluan lain yang lebih mendesak. Akan tetapi hal ini memang tidak dapat dielakkan dalam suatu sistem penetapan awal bulan yang berbasis rukyat karena rukyat harus divalidasi oleh otoritas berwenang.

Para astronom yang terlibat dengan persoalan ini nampaknya tidak memberi perhatian serius terhadap masalah ini. Tidak pernah terdengar kritik-kritik mereka, seakan sistem yang ada ini adalah hal yang wajar saja. Untuk sebagian mungkin dapat dimaklumi karena mereka adalah bagian dari sistem itu sendiri. Bahkan bukan hanya sekedar bagian, melainkan juga adalah pendukung bersemangat yang tidak kurang “fanatiknya dibandingkan dengan kefanatikan pendukung wujudul hilal dalam Muhammadiyah.” Para pendukung sistem sekarang ini juga terbelenggu oleh metode mereka sendiri sehingga tidak dapat memanfaatkan perangkat keilmuan yang ada di tangan mereka untuk suatu pembaruan yang berorientasi kepada suatu sistem penanggalan yang dapat menjadwalkan waktu secara pasti di masa depan dan juga dapat melacak tanggal di masa lalu secara akurat melalui kaidah sistem itu sendiri.

Syarat untuk pembaruan ini memang berat. Kita harus rido meninggalkan rukyat yang sesungguhnya hanyalah warisan masa lalu yang telah usang dan tidak lagi mampu memenuhi hajat sistem penanggalan umat Islam kontemporer. Bahkan, menurut Ketua Asosiasi Astronomi Maroko, “sebab umat Islam belum dapat memiliki suatu sistem penanggalan global terpadu adalah karena mereka masih terlalu kuat berpegang kepada rukyat.” Jadi sudah saatnya kita beranjak dari rukyat jika kita ingin mencapai suatu sistem penanggalan yang baik. Ini bukan pendapat subyektif personal, melainkan hasil dari sebuah konferensi internasional yang juga dihadiri oleh para pakar yang sebagian mereka memiliki reputasi dunia. Pada butir kedua dari kesimpulan Temu Pakar II tahun 2008 ditegaskan bahwa para peserta telah menyepakati bahwa pemecahan problematika penetapan bulan kamariah di kalangan umat Islam tidak mungkin dilakukan kecuali berdasarkan penerimaan terhadap hisab dalam menetapkan awal bulan kamariah, seperti halnya penggunaan hisab untuk menentukan waktu-waktu salat. Para ahli fikih pun banyak yang berpendapat demikian. Bahkan Syeikh Syaraf al-Qudhah, setelah melakukan kajian terhadap ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis terkait masalah hisab-rukyat menegaskan al-ashlu fi itsbat asy-syahri an yakuna bil-hisab (pada asasnya penetapan awal bulan itu adalah dengan hisab). Di sini bukan tempatnya untuk menjelaskan argumen beliau untuk pandangannya tersebut.

Hisab imkanu rukyat, yang sering diklaim sebagai alternatif terbaik, bukannya tanpa masalah. Kreteria imkanu rukyat sendiri ada sebanyak pakar yang mengusulkannya. Akan tetapi ini mungkin bisa diatasi dengan dengan para pakar itu sendiri bersepakat. Tetapi bukan sekedar sepakat, melainkan berdasarkan hasil riset yang komprehensif. Akan tetapi terlepas dari soal kriteria itu, hisab imkanu rukyat yang ada sekarang masih belum dapat menyatukan penanggalan umat Islam. Sebagai contoh adalah Kalender Hijriah Universal (al-Taqwim al-Hijri al-‘Alami) yang dibuat oleh Muhammad Audah (Odeh). Kalender ini didasarkan kepada kriteria imkanu rukyat Audah sendiri sebagai hasil analisis statistik terhadap 737 hasil rukyat akurat dan teruji. Namun problemnya kalender ini masih harus membelah dunia menjadi dua zona tanggal yang pada masing-masingnya berlaku tanggal berbeda pada tahun tertentu. Akibatnya kalender ini tidak dapat menyatukan jatuhnya hari Arafah antara Mekah dan kawasan dunia lainnya. Audah adalah pendukung rukyat bersemangat. Baginya tidak mungkin memulai awal bulan baru di dunia Islam tanpa terjadinya imkanu rukyat di salah satu tempat di kawasan dunia Islam yang terbentang dari Maroko hingga Indonesia. Namun kalendernya sendiri dalam sejumlah kasus menjadikan dunia Islam masuk bulan baru pada hal imkanu rukyat deengan teropong hanya terjadi pada kawasan sangat kecil di barat Portugal atau di bagian barat Inggris. Dari 20 tahun jadwal tanggal dalam Kalender Hijriah Universal Audah ini (sejak 1431 H s/d 1450 H) terdapat 9 kali (45 %) terjadinya perbedaan jatuhnya hari Arafah sehingga menimbulkan masalah kapan melaksanakan puasa Arafah.

Pendapat bahwa hari Arafah hanya penamaan hari 9 Zulhijjah, sama dengan hari Nahar (10 Zulhijjah) dan hari Tasyrik (11-13 Zulhijjan), dan hari Arafah di Arafah adalah hari wukuf, tetapi tidak harus sama untuk seluruh dunia sehingga puasa Arafah boleh beda harinya dengan hari wukuf di Arafah, pendapat tersebut bukanlah suatu penjelasan ilmiah. Pendapat ini hanya penjelasan sementara yang sifatnya lebih politis, bukan syar’I, yang hanya dapat dipegangi sementara waktu saat kalender umat Islam masih kucar kacir. Pendapat ini hanya untuk menenangkan masyarakat yang tanggal 9 Zulhijahnya jatuh berbeda dengan hari Arafah di Mekah. Apabila dikatakan bahwa mereka yang berpuasa Arafah pada tanggal 9 Zulhijah di tempatnya sementara di Mekah sudah Iduladha (10 Zulhijah) tidak sah puasanya, maka akan timbul kebingungan di tengah masyarakat yang tidak tahu apa-apa tentang problem penanggalan Islam. Akan tetapi secara ilmiah dan berdasarkan sistem penanggalan yang valid, hari Arafah harus jatuh sama di seluruh dunia, dan kalender yang menjatuhkannya berbeda adalah kalender yang tidak valid.

Itulah mengapa dikatakan bahwa penyatuan penanggalan Islam harus bersifat global. Siapa pun yang membuat suatu rancangan kalender Islam, maka kaidah kalender itu harus bersifat global dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia, sehingga penanggalan tersebut benar-benar menjadi suatu sistem penandaan hari yang akurat di dalam aliran waktu di masa lalu, kini dan akan datang. Kalau dikatakan bahwa perbedaan jatuhnya hari Arafah (9 Zulhijah) itu adalah suatu konsekuensi yang tidak terelakkan, maka ini dapat dikatakan sebagai suatu konsekuensi yang buruk. Konsekuensi buruk ini tentu timbul dari anteseden yang buruk pula, yaitu rukyat atau hisab imkanu rukyat yang selalu membelah bumi dan kurve yang membelah bumi itu dijadikan batas tanggal.

Akan halnya imkanu rukyat 2 derajat sebagaimana diamalkan di Kemenag adalah kaidah kalender yang sama sekali tidak ada dasar syar’inya apalagi dasar astronomis. Semua astronom tentu sangat mengetahui hal ini. Para meter tunggal saja, yaitu ketinggian, adalah parameter yang buruk. Para astronom sudah hampir sepakat bahwa parameter imkanu rukyat yang baik haruslah sekurangnya ganda, misalnya ketinggian plus elongasi, atau ketinggian plus lebar permukaan bulan yang tersinari matahari yang menghadapi ke bumi, dan lain sebagainya. Parameter tunggal, seperti ketinggian saja, elongasi saja, umur bulan saja atau mukus hilal saja, sama sekali tidak akan dapat meramalkan visibilitas hilal secara lebih sahih. Apalagi kalau parameter tunggal itu cuma dengan ukuran ketinggian 2 derajat. Ini dalam kasus tertentu hanya akan membuat kita hidup dalam ilusi atau bahkan bisa juga dalam kepalsuan atau kebohongan. Apabila ketinggian bulan berada antara 2 s/d 5 derajat, maka ini berpotensi untuk terjadinya apa yang dikatakan di atas. Seperti kasus Ramadan tahun lalu, ketinggian hilal hanya sekitar 2,5 derajat. Namun diputuskan hilal telah dapat terlihat karena ada saksi-saksi yang mengklaim dapat merukyat dan karenanya keesokan harinya dinyatakan bulan baru (seperti Ramadan 1431 H). Pada hal tidak ada seorang astronom pun dapat membuktikannya terlihat. Data ketinggian hilal Ramadan 1431 H itu jauh di bawah kriteria imkanu rukyat Audah, bahkan juga kriteria Istanbul 78. Salah seorang teman dosen pengajar ilmu falak mengatakan bahwa selama 7 tahun pengalamannya mengikuti rukyat belum pernah terjadi bahwa hilal dengan ketinggian di bawah 5 derajat dapat terukyat. Apa ini tidak berarti bahwa kita hidup dalam ilusi atau di bawah bayang-bayang kepalsuan. Kenapa kita tidak realistis saja? Kenapa kita tidak mengambil sistem yang lebih sederhana, tidak berbiaya tinggi, tetapi dapat memberikan kepastian jadwal tanggal jauh ke depan sehingga memudahkan kehidupan kita? Wallahu a’lam bis-sawab. Allahummagfir li khata’i. Innaka antal-gafurur-rahim

Selasa, 12 Juli 2011

MANAJEMEN RAMADLAN

Oleh: Drs. H. Abdul Chaliq Muchtar M.Si

A. Pendahuluan

Kita bersyukur kepada Allah SWT yang sampai pada saat ini masih berkenan menitipkan nyawa dalam badan wadag kita sebagai suatu amanat yang perlu dijaga kebersihannya sehingga kalau sewaktu-waktu diambil kembali oleh yang Maha Punya, nyawa titipan itu tetap dalam keadaan bersih, suci, fitri seperti pada waktu kita baru lahir.

Adalah suatu kesempatan emas jika kita dapat mengalami lagi bulan Ramadlan yang datangnya hanya setahun sekali. Ramadlan yang artinya yarmadlu al dzunub (membakar dosa) adalah sangat efektif untuk berbenah diri dengan kesadaran yang mendalam dan niat yang tulus insya Allah akan tercapai peningkatan taqwa dan kecintaan kita kepada Allah dan Rasulnya, sehingga hidup kita lebih aman, anggun dan syahdu.

B. Target ketaqwaan yang akan dibangun

Visi puasa Ramadlan; “Peningkatan taqwa bagi orang-orang yang beriman untuk mencapai pengendalian diri yang maksimal”

Adapaun misinya ialah; Melaksanakan tiga latihan dasar untuk menjadi orang-orang yang pemurah, tawaddu’ dan selalu bertobat.

Dalam Surat Ali Imran ayat 133-135, yang pertama kali kita disuruh segera melaksanakannya, ialah permohonan ampun kepada Allah, karena bebas dari dosa adalah syarat utama untuk bisa diterima sebagai calon penghuni surga, yang disediakan buat orang-orang yang bertaqwa. Sifat taqwa yang akan dibangun dalam bulan Ramadlan, antara lain ada tiga ciri yaitu pemurah, tawaddu’ dan taubat.

Sifat pemurah (sakhiyyun) sebagai lawan dari bakhil, ialah orang-orang yang suka memberi, baik dalam keadaan senang maupun susah. Sifat tawaddu’ sebagai lawan dari takabur, ialah orang-orang yang berani menahan diri dari marah dan suka memaafkan kesalahan orang lain. Adapun sifat taubat sebagai lawan dari ma’siat, ialah orang-orang yang apabila terlanjur berbuat dosa atau menganiaya diri, terus ingat kepada Allah, memohon ampun pada-Nya dan tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.

Untuk membangun tiga sifat taqwa tersebut, strategi bulan Ramadan dibagi menjadi tiga periode. Sepuluh awal disebut periode rahmat untuk membangun sifat pemurah, sepuluh tengah disebut periode maghfiroh untuk membangun sifat tawaddu’ dan sepuluh akhir disebut periode ‘itqun minannar, untuk membangun sifat peka terhadap taubat.

C. Evaluasi

Berapa nilai yang dapat diraih dari ketiga target tersebut pada pasca Ramadan ini? Dalam sebuah hadis dikatakan, barang siapa berpuasa dalam bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan perhitungan, akan diampuni segala dosanya. Umar bin Khathab juga menganjurkan, hitunglah dirimu sebelum dihitung oleh Allah. Ada dua teori cara untuk mengevaluasi diri seperti yang tersebut dalam sebuah hadis qudsi.

Teori pertama, Allah berfirman: Saya cinta kepada tiga golongan manusia, tetapi saya lebih cinta kepada tiga golongan manusia yang lain.

1. Saya mencintai orang kaya yang pemurah, tetapi saya lebih mencintai orang miskin yang pemurah.

2. Saya mencintai orang miskin yang tawaddu’, tetapi saya lebih mencintai orang kaya yang tawaddu’.

3. Saya mencintai orang tua yang bertaubat, tetapi saya lebih mencintai orang muda yang bertaubat.

Teori kedua, Allah berfirman: Saya membenci kepada tiga golongan manusia, tetapi saya lebih benci kepada tiga golongan manusia yang lain.

1. Saya benci kepada orang miskin yang bakhil, tetapi saya lebih benci kepada orang kaya yang bakhil.

2. Saya benci kepada orang kaya yang takabbur, tetapi saya lebih benci kepada orang miskin yang takabbur.

3. Saya benci kepada orang muda yang berbuat ma’siat, tetapi saya lebih benci kepada orang yang sudah tua tetapi masih juga berbuat ma’siat.

D. Kesimpulan

1. Golonngan pertama yang dicintai maupun yang dibenci oleh Allah, karena tingkat kesulitannya agak ringan, maka dapat diberi nilai B untuk yang dicintai, dan nilai C untuk yang dibenci. Sedangkan golongan kedua, faktor kesulitannya cukup berat, sehingga dapat diberi nilai A untuk yang paling dicintai dan diberi nilai D untul yang paling dibenci.

2. Orang-orang yang termasuk dalam variabel ekonomi (kaya, miskin) ataupun umur (tua, muda), dapat memilih sendiri nilai yang paling sesuai dengan kondisi dirinya yaitu A,B,C dan D.

3. Orang-orang yang termasuk dalam faktor keberuntungan (nilai A dan B) disebut sabiqun bil khairat (belomba dalam kebaikan) dan orang-orang yang termasuk dalam faktor kerugian (nilai C dan D) disebut sebagai dhalimun linafsih (menganiaya diri), sedangkan orang-orang yang sama antara dosa dan pahalanya disebut sebagai muqtashid Al Fatir: 32).

4. Dipintu surga kelak seolah-olah ada tulisan tentang enam indikator:

PEMURAH, TAWADDU’, TAUBAT = YES

BAKHIL, TAKABBUR, MA’SIAT = NO

5. Untuk menanggulangi krisis dimensional yang sedang melanda bangsa ini, diperlukan keberanian serentak untuk merubah diri dari NO menjadi YES, dimulai dari yang paling kecil, dari diri sendiri dan mulai sekarang juga. INSYA ALLAH.

Kamis, 26 Mei 2011

MUHAMMADIYAH, PELOPOR PEMBAHARUAN ISLAM

Oleh: Mazid Fuadi
(Bidang Dakwah&Kajian Islam Pimp.Cabang Pemuda Muhammadiyah Moyudan) 

Muhammadiyah didirikan di Kauman Yogyakarta merupakan sebuah persyarikatan (organisasi) yang didirikan pada Tanggal 08 Dzulhijjah 1330 H/ 18 November 1912 M di Kauman Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan (Ahmad Syafii Maarif. 1985. Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang Percaturan Politik dalam Konstituante Jakarta: LP3ES). Gerakan ini disebut sebagai Islam Moderat (islam tengahan) atau modernis islam. Najib menyatakan, bagi Muhammadiyah dan NU, pemakaian nama Islam moderat adalah sebuah fenomena baru, sebelumnya Muhammadiyah menyebut dirinya sebagai Islam modernis dan NU sebagai Islam Aswaja (ahlussunnah wal jamaah). Muhammadiyah terkenal dengan struktur dan infrastruktur organisasi yang modern sejak pendiriannya di tahun 1912. Ketika identitas modernis yang lama melekat di Muhammadiyah mulai luntur, maka Muhammadiyah tidak menolak ketika orang luar memberinya sifat baru yang untuk saat ini berkonotasi positif, (yakni) moderat (Lihat Ahmad Najib Burhani. Islam Moderat adalah Sebuah Paradoks, dalam Jurnal MAARIF Edisi Vol. 3, No. 1, Februari 2008. hlm 28).

Ciri-ciri gerakan pembaharuan adalah melakukan pemurnian (purifikasi) ajaran islam dengan berpulang kembali kepada al-Qur’an dan As-Sunnah (al-Ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah), sesuai dengan salafus shaleh. Muhammadiyah memerangi penyimpangan aqidah yang lurus, seperti kemusyrikan, tahayul, bid’ah, churafat (TBC) yang kental dilakukan oleh masyarakat. Menyerang sufisme yang dianggap membelakangi dunia, membersihkan kepercayaan kepada roh-roh para leluhur, kenduri, enggan mengikuti Mazhab tertentu dan dikembalikan kepada otentisitas al-Qur’an dan as-Sunnah dengan ideum Ijtihad, dengan akal fikiran yang sesuai dengan jiwa islam. Menurut Sukidi, Muhammadiyah melakukan simplifikasi ritual, yakni membersihkan pola pikir tidak rasional (mitos) dengan semangat tauhid dan merubahnya menjadi etos kerja yang rasional atau etika kemajuan, sebagaimana etika protestan yang dipelopori Martin Luther tentang teologi pembebasan, juga Max Weber tentang “protestan ethic and the spirit of kapitalisme”. Deliar Noer menilai gerakan ini berbeda dengan kebanyakan kelompok tradisi yang melakukan taklid dan menolak ijtihad. Menaruh perhatian pada tasawuf, banyak yang terjatuh pada perbuatan syirik. Menghormati keramat, melakukan saji-sajian, selamatan atau kenduri sebagai sedekah sebagai arwah. Memakai azimat, jimat atau tangkal penolak bala untuk melindungi diri. Semuanya berakibat mengaburkan pengertian tauhid. Kelompok tradisi tidak mempersoalkan ajaran serta kebiasaan (animis dan Hindu) yang berasal dari timur tengah atau India bercampur-baur terhadap islam. (lihat Deliar Noer. 1996. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta : LP3ES. hlm 319-327).

Muhammadiyah memiliki dua ideom pokok, yakni Purifikasi (tandhif al-Aqidah al-Islamiyah) dan Dinamisasi (tajdid/ pembaharuan). Keduanya identik, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Purifikasi (pemurnian) itu juga bermakna Tajdid. Menciptakan islam yang berkemajuan akan tetapi juga otentik “ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah” sebagaimana cita-cita Ahmad Dahlan. Dengan tajdid ini, akan menjadikan islam akan tetap responsif terhadap perubahan zaman. Dari sifat kembali pada otentisitas itulah, dapat disebut Puritan, dan karena melakukan pembaharuan dibidang social, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya itu disebut pembaharu.  Maka muhammadiyah adalah puritan-pembaharu, suatu makna dari dua sisi koin mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Maka Haedar Nashir pun menyatakan keniscayaan akan dua ideum pokok itu (purifikasi dan dinamisasi) bagi Muhammadiyah yang harus didialektikan sepanjang zaman. (Lihat Haedar Nashir. 2001. Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah).

Lanjut Haedar (2008), Muhammadiyah mengakar pada wahabi yang puritan, sekaligus Muhammad Abduh (modernis islam). Baginya, Kehadiran gerakan pembaruan Muhammad Ibn Abdil Wahhab (1703-1787) dengan corak dan warna pemurnian yang lebih keras,  merupakan mata rantai dengan pembaruan tiga abad sebelumnya yang dipelopori Ibn Taimiyah (1263-1328), beserta muridnya Ibn Qayyim al-Djauziah (1292-1350) terutama dengan tekanan pada pemurniannya. Setelah itu, gerakan pembaruan atau kebangkitan Islam memperoleh sentuhan politik yang kuat dan meluas melalui tokoh pembaru Jamaluddin Al-Afghani (1838-1897), kemudian di bidang pemikiran dan pendidikan oleh pembaru dari Mesir Muhammad Abduh (1849-1905), dan muridnya yang lebih keras Syekh Muhammad Rashid Ridla (1856-1935). Sedangkan pembaruan di anak benua India ialah Sayyid Ahmad Khan (1817-1897). Dalam mata rantai pembaruan Islam di dunia muslim pasca kejatuhan peradaban Islam itulah lahir Muhammadiyah sebagai salah satu pelopor gerakan pembaruan Islam di Indonesia. (Dr. Haedar Nashir. 2008. Muhammadiyah dan Matarantai Pembaruan Islam, dalam Majalah Suara Muhammadiyah April 2008.atau http://www.muhammadiyah.or.id).

Minggu, 24 April 2011

Muhammadiyah Perlu Bentuk Perpustakaan Komperhensif

http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-129-detail-muhammadiyah-perlu-bentuk-perpustakaan-komperhensif.html

Yogyakarta- Pengembangan perpustakaan ke depan diharapkan akan menjadi pusat informasi tentang Muhammadiyah dari praberdirinya hingga gambaran Muhammadiyah ke depan. Sedangkan dalam pengembangan media informasi diharapkan akan menjadi syi’ar Muhammadiyah dan juga sekaligus media dakwah bagi Muhammadiyah.
Hal tersebut dikatakan Muh. Anis, Wakil Ketua PWM DIY, ketika membuka Raker Majelis Pustaka dan Informasi PWM DIY di Kedai Dedhaharan Argorejo, Sedayu, Bantul, Jum’at (22/4/2011).
Menurutnya, pengembangan pustaka dan informasi – yang merupakan  tanfidz keputusan Musyawarah Wilayah Pimpinan Muhammadiyah DIY tahun 2010 – yakni terbangunnya budaya pustaka dan informasi sebagai organisasi Islam modern di tengah dinamika perkembangan masyarakat yang kompleks, menunjukkan komitmen yang besar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY dalam bidang pustaka dan informasi.
Muh. Anis menuturkan, PWM DIY periode 2010-2015 akan lebih banyak melakukan komunikasi dengan majelis dan lembaga. “Untuk membangun Muhammadiyah DIY lebih sinergis lagi diperlukan komunikasi intensif antara PWM dan majelis serta lembaga sehingga melahirkan keseragaman visi menuju cita-cita Muhammadiyah,” ungkapAnis.
Kegiatan rapat kerja MPI PWM DIY yang diikuti 22 orang itu, sebagaimana dikatakan ketuanya Jefree Fahana, ST, menyusun program kerja Majelis Pustaka dan Informasi, menyusun program strategis per tahun dari tahun 2011 hingga 2015. “Di samping juga menerjemahkan visi dan program pengembangan hasil Musyawarah Wilayah PWM DIY dalam program taktis,” jelas Jefree.

Sabtu, 23-04-2011

Sabtu, 23 April 2011

GAYA HIDUP DI ERA KETERBUKAAN


Oleh: Uswatun Khasanah, S.H
(Ketua Majelis Hukum dan HAM, Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Sleman)

Siapa tak kenal Briptu Norman Kamaru? Anggota Polisi di Gorontalo ini mendadak jadi artis setelah video lipsingnya beredar di dunia maya. Gayanya yang natural mampu menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Video lipsing itu telah dilihat jutaan orang dari salah satu situs terkenal. Norman hanyalah salah satu orang yang terkenal melalui situs Youtube setelah para pendahulunya menuai kesuksesan yang sama. 
Lagi-lagi internet mampu merubah banyak hal. Begitu hebatnya teknologi dari hari ke hari. Internet bukan hal baru memang, tapi keberadaanya semakin eksis karena membawa efek yang tidak sedikit. Sejarah internet dimulai pada 1969 ketika Departemen Pertahanan Amerika mengadakan riset untuk mengetahui cara menghubungkan sejumlah komputer sehingga membentuk jaringan organik. Saat ini internet atau dunia maya sudah menjadi bagian penting dari hidup hampir setiap orang. Internet mampu menyedot perhatian banyak orang. Aktifitas tanpa batas ini sudah demikian merasuk menjadi bagian dari life style hampir seluruh manusia di belahan dunia manapun tak terkecuali di Indonesia. Mulai dari anak kecil sampai dewasa sangat familiar oleh situs-situs yang ada di internet. Hampir semua orang pernah mengakses internet. Setiap harinya semakin bertambah orang  yang mengakses internet seiring dengan semakin mudahnya cara untuk mengaksesnya. Handphone yang fungsi utamanya sebagai alat komunikasi sehari-hari juga diberikan fasilitas untuk bisa mengakses internet di manapun dan kapanpun. Tempat-tempat umum seperti rumah makan, kampus, tempat perbelanjaan dan lain sebagainya diberikan fasilitas hot spot sehingga masyarakat juga bisa mengakses internet di tempat tersebut. 
Manfaat dari akses internet ini memang tidak sedikit. Kita bisa mendapatkan informasi dari situs-situs yang tersedia. Hiburan dan jejaring sosial juga menjadi salah satu tujuan seseorang mengakses internet. Terpenting lagi internet dianggap sebagai media paling efektif dalam menyebarluaskan informasi dalam waktu singkat. Oleh karenanya tidak heran jika semakin hari internet menjadi kebutuhan penting untuk mendapatkan informasi.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah menerbitkan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Regulasi tersebut berlaku efektif tahun 2010, maka tidak berlebihan kiranya jika tahun 2010 kita sebut sebagai era keterbukaan. Informasi adalah kebutuhan penting bagi setiap manusia. Siapa yang menguasai informasi maka akan banyak mendapatkan akses. Sebaliknya, siapa yang tidak punya informasi tidak bisa berkembang. Undang-undang ini menghendaki setiap badan publik untuk menyelenggarakan keterbukaan informasi publik. Instansi pemerintah sebagai badan publik mengaku lebih efektif dan efisien jika memberikan informasi pada masyarakat melalui website pemerintah terkait. 
Akses informasi yang sudah dibuka sedemikian mudahnya hendaknya direspon positif oleh masyarakat. Kegemaran masyarakat dalam mengakses internet bisa menjadi penunjang dalam menciptakan masyarakat melek informasi. Dalam hal akses informasi diperlukan keaktifan dari berbagai pihak yaitu penyedia informasi, penerima informasi dan media. Saat ini media sudah sangat mudah digunakan dalam rangka memperoleh informasi. Oleh karena itu sebaiknya ditunjang dengan keaktifan dari masyarakat juga.
Jika dihubungkan dengan kondisi di Sleman, rata-rata masyarakat Sleman adalah lulusan SMA. Semestinya lebih mudah dalam memanfaatkan teknologi dalam rangka mendapatkan informasi yang diperlukan. Jangan sampai kita terjebak pada masalah-masalah teknis hanya karena ketidaktahuan informasi. Anomali seperti ini sering terjadi di masyarakat karena keterbatasan akses informasi. Untuk itu, kesadarran semua pihak adalah hal penting untuk mengatasi masalah ini. Media yang sudah demikian fungsional seperti internet sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bagian Humas Pemda Sleman yang mempunyai tugas untuk menyebarluaskan informasi juga mengakui internet merupakan media paling efektif dan efisien. Untuk itu, sebagai masyarakat mari kita pergunakan media komunikasi seperti internet sebagai media pembelajaran untuk mendapatkan informasi yang penting dan bermanfaat. 

Jumat, 15 April 2011

KIAT MENGHADAPI TUMBUH JATUH DAN BANGUNNYA USAHA


 Oleh:  Ir.H.Abdul Kadir,MH (Pengusaha - Ketua Majelis Ekonomi PDM Sleman)
(Akan dimuat di Majalah Sang Surya PDM Sleman, pada Edisi Pertama, Mei Mendatang, dalam Bab Wira Usaha).


Suatu usaha yang sudah berjalan tumbuh berkembang adalah suatu kegiatan yang sangat menawan & menggoda kita untuk ikut menjadi pengusaha.Di benak pikiran pemula bahwa enak menjadi pengusaha,tetapi sulit untuk memulainya.”Mau memulai dari mana?” Menjadi pengusaha bukan suatu kebetulan atau terjadi begitu saja tetapi di mulai dari proses yang panjang,dengan mempelajari dengan seksama, mempunyai mimpi yang besar,mempunyai tekad yang bulat dan mental yang sudah di persiapkan, selanjutnya menentukan atau memutuskan untuk menjadi pengusaha.
Di dalam bisnis tidak ada yang abadi atau dalam bahasa jawa ada istilah ”Cokro Manggilingan” artinya bahwa bisnis kadang di atas kadang ada di bawah,jadi mental harus betul betul siap manakala bisnis lagi di atas dan stabil,dan harus siap manakala keadaan sulit.Untuk itu sebelum kita memutuskan untuk menjadi pengusaha maka kita harus lengkapi diri dan pengalaman referensi tentang bisnis dan buku buku bisnis.
Dan terpenting adalah belajar langsung pada pelaku usaha yang langsung menjalankan bisnis dan berpengalaman dengan cara magang maupun bekerja pada pengusaha tersebut.Pelajari dan kuasai bagaimana menghadapi situasi terburuk dari bisnis yang di jalankan,ini penting karena banyak terjadi pengusaha tidak siapdengan keadaan sulit yang di hadapi usahanya dan apabila ini terjadi pengusaha tersebut menjadi frustasi di rundung kesedihan,putus asa dan meratapi kebangkrutannya dan akhirnya stress karena tidak kuat mental karena tipisnya keimanan.
Langkah langkah yang bisa dilakukan saat keadaan sulit dan saat bisnis sukses :
  1. Ikhlas, Bersabar dan Bersyukur.Kesuksesan ataupun kesulitan terjadi di dalam bisnis adalah suatu anugerah,agar dimaknai sebagai bentuk ujian.Supaya anda menjadi kuat dan tangguh apabila berhasil tetap bersyukur dan disikapi dengan tidak berlebihan apabila sulit juga tidak panik,pesimis dan goyah
  1. Menempatkan relasi pada posisi yang penting, karena bisa menjadi alternatif solusi apabila terjadi keadaan sulit atau pailit di perusahaan, untuk dipercaya relasi maka jadilah pribadi yang terbuka,mudah bergaul,jujur,punya cita cita yang jelas.
  2. Menjaga atau memelihara silahturahmi ke relasi dan karyawan dan keluarga
  3. Dalam keadaan sukses dan sulit harus terbuka dengan karyawan dan selalu menjaga komunikasi dengan hangat dan jujur
  4. Segera menegakkan kepercayaan diri apabila bisnis di ambang kebangkrutan dan giat memotivasi karyawan untuk menjaga mentalnya
  5. Selalu tidak lengah untuk mengevaluasi keberhasilan bisnisnya.dan apabila terjadi kesulitan segera mencari ,mengevaluasi hal-hal yang menjadi titik lemah dan merusak bisnis,meneliti apa penyebabnya sebab apabila tidak segera di lakukan akan berakibat fatal menjadi kerusakan sistematik
  6. Ciri ciri usaha yang mulai tumbuh berkembang biasanya menganut sistem  ( Pendekatan Juragan Oriented ) atau semua diatur dan ditangani sendiri oleh pemiliknya dari segala urusan jadi tidak ada manajemen. Hal ini agak sulit untuk mengembangkan usaha.Ini harus diatasi dengan sistem manajemen yang baik atau dengan penerapan manajemen jadi semua diatur dengan sistem ” Manajemen sistem Oriented” dengan penerapan ini,pemilik bisa pergi kemana saja dan bisa konsentrasi mengembangkan bisnisnya,tidak harus nongkrong ditempat usaha ( seperti pada juragan oriented)
  7. Disiplin dalam menggunakan uang,catat&pertanggungjawabkan dalam menggunakannya.Hindari perilaku konsumtif,pakailah uang sebesar gaji yang disepakati
  8. Investasikan keuntungan untuk membesarkan usaha dengan membelikan fasilitas pendukung produksi,marketing dan administrasi
  9. Investasikanlah dalam bentuk aset tidak bergerak seperti tanah di tempat tempat strategis karena nilai akan berlipat sesuai tempat/prospek yang kita pilih dengan nilai yang besar aset tanah menjadi colateral /jaminan apabila kita membutuhkan tambahan modal,dijual dalam situasi yan sulit
  10. Investasikan ke emas karena nilai tidak akan berkurang dan mudah diuangkan bila membutuhkan
  11. Investasikan ke usaha usaha yang lain ( Difersifikasi usaha ) tetapi pada usaha yang sudah kita pelajari & faham dengan matang sebagai alternatif apabila bisnis utama agak sulit
  12. Yang sangat penting adalah berdoa dan tetap berbuat kebaikan saat kita sulit ketergantungan kita pada Allah SWT sangatlah besar,kita sadar sepenuhnya bahwa pengusaha /pedagang ibarat ” Adang adang Embun” yang setiap hari berharap embun menetes di genggaman kita atas Ridho Allah.jadi apabila anda mengalami kesulitan di dalam bisnis,keberadaan Allah mutlak kita butuhkan dan jangan sampai situasi bisnis yang terpuruk mengurangi semangat berbuat baik.Kita harus berjuang untuk memperbanyak sedekah,berzakat melunasi hutang hutang supllier perusahaan kita lakukan dengan ikhlas.Apabila kita lakukan hal tersebut di garansi Insya Allah tidak akan merugi & bangkrut
Hal penting ialah berbisnislah dengan mengikuti sifat sifat Nabi Muhammad SAW yakni :
-          Sidik ( selalu berkata benar tentang keberadaan bisnisnya tidak ada yang disembunyikan )
-          Amanah ( Dapat dipercaya ) atau selalu menjaga komitmen dengan relasi,partner dan pihak manapun yang berhubungan dengan bisnis kita.dalam bisnis apabila kita jatuh sekali,bangun 3 kali,bangun dan terus bangun tidak pernah berputus asa
-          Tabligh ( Menyampaikan dengan sebenarnya tentang perniagaan kontrak penjualan,pembelian data data yang harus disampaikan )
-          Fathonah ( Cerdas ) selalu berpikir maju dan rajin belajar untuk mengejar inovasi inovasi baru dan selalu belajar untuk berkreasi juga belajar ilmu tentang bisnis yang kita geluti,informasi tentang bisnis yang trend masa kini
Empat sifat wajib Rosullulah yang wajib diteladani oleh umatnya dan sangat mujarab untuk kita jalankan untuk keberhasilan bisnis kita..

Selasa, 12 April 2011

ARAH KEBIJAKAN BIDANG SISTEM INFORMASI PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN SLEMAN

Oleh: Hanif Priatama, ST
Ahli IT MPI PDM Sleman 2010 - 2015

Sebuah organisasi seperti perusahaan, pemerintahan dan lainnya, akan sangat membutuhkan sistem informasi. Sistem informasi terutama berguna untuk pengambilan keputusan organisasi. Sebuah perusahaan tentu harus memiliki sistem informasi keuangan, sehingga dapat mengontrol arus kas agar gerak perusahaan menjadi efisien. Dalam pemerintahan, informasi yang dibutuhkan lebih kompleks karena menyangkut kehidupan rakyat di segala bidang, semisal data penduduk, data pegawai, demografi, dan lain sebagainya.
Untuk membangun sistem informasi, kita perlu menerapkan teknologi informasi. Jika sistem informasi dikerjakan secara manual, maka akan menghabiskan sumber daya yang cukup besar dan lama. Padahal, pengambilan keputusan yang dilakukan membutuhkan kecepatan dan kecermatan serta kalau bisa dapat menekan biaya sebesar-besarnya. Teknologi informasi saat ini sudah mencapai tingkat dimana dapat digunakan secara massal dan murah.

Bagaimana dengan sistem informasi untuk tingkat Pimpinan Daerah Muhammadiyah khususnya di Sleman?

Berdasarkan visi Majelis Pustaka dan Informasi yang tercantum dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-46 yang berbunyi “Terbangunnya budaya pustaka dan informasi sebagai organisasi Islam modern di tengah dinamika perkembangan masyarakat yang kompleks.”, dapat kita tafsirkan menjadi fungsi pokok MPI, yakni membangun sistem informasi serta mengimplementasikannya dalam organisasi. Implementasinya tidak sederhana, karena perlu dirancang agar budaya pustaka dan informasi dapat berkembang terutama di kalangan pimpinan dan seluruh majelis yang terkait, dan kemudian menjadi sinergi dengan sistem informasi yang telah dibangun.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih model sistem informasi yang tepat untuk PDM Sleman. PDM Sleman terdiri dari Pimpinan dan komponen di bawahnya : Staf, Majelis, Lembaga, Ortom, Amal Usaha dan PCM-PCM. Pimpinan membutuhkan sistem informasi yang cepat untuk memantau kegiatan di tingkat bawah (termasuk progress report). Majelis pustaka dan informasi dapat memfasilitasi alur informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi, yang digambarkan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
MPI menerbitkan majalah (versi cetak), jurnal (versi elektronik/website), serta pustaka digital (online/offline).
MPI memfasilitasi dokumentasi dan penjurnalan kegiatan dari seluruh majelis, lembaga, ortom dll. Jurnal berisi pemberitaan, agenda, dan lainnya. Versi jurnal akan disebarkan secara online maupun offline (digitalisasi dokumen).
MPI juga memfasilitasi dokumentasi karya tulis warga Muhammadiyah se Kabupaten Sleman dalam pustaka digital.
Untuk memperlancar alur pengumpulan dan penyebaran informasi, maka di setiap majelis, lembaga, ortom, amal usaha dan cabang harus memiliki paling tidak satu orang yang dapat menggunakan teknologi informasi minimal menggunakan komputer dan mengirimkan email. Oleh karena itu, MPI perlu mengadakan workshop teknologi informasi aplikatif yang diikuti oleh perwakilan majelis, lembaga, ortom, amal usaha dan cabang.
MPI juga menggunakan teknologi mobile device untuk pengumpulan dan penyebaran informasi. Alasan utama adalah hampir setiap orang memiliki handphone dan menggunakan sms. Apabila komunikasi melalui internet tidak dapat dilaksanakan, maka bisa menggunakan alternatif ini.
Menyusun sebuah kebijakan, yang kalau bisa disahkan oleh Pimpinan, agar majelis/lembaga/ortom/aum/cabang melaksanakan kegiatan dokumentasi pada setiap pertemuan kemudian dikirimkan untuk dibuatkan jurnal oleh MPI di web site PDM Sleman.

Bagaimana dengan bidang pustaka? Apa yang perlu digarap?

Sekolah Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Kabupaten Sleman merupakan kekuatan yang besar untuk mengembangkan budaya pustaka di kalangan Muhammadiyah khususnya dan umat Islam pada umumnya. Hanya saja, biasanya perpustakaan yang ada hanya bisa diakses oleh kalangan internal sekolah. Apabila perpustakaan sekolah Muhammadiyah bisa diakses oleh masyarakat seperti perpustakaan di MAN Yogyakarta 3, maka bisa menjadi ujung tombak pencerdasan masyarakat melalui dakwah dengan pustaka.
Kemungkinan terbesar dari majunya sebuah perpustakaan adalah masalah sumber daya yang mendukung pelayanan perpustakaan. Saat ini, dengan teknologi informasi dan dukungan dari forum FOSS (Free Open Source), pelayanan perpustakaan dapat berjalan secara efisien tanpa membutuhkan biaya yang besar. Apalagi keputusan Tanfidz Muktamar mendorong untuk menggunakan distro Linux Muhammadiyah (membuat distro sendiri) yang termasuk salah satu sistem operasi Free Open Source.

Selasa, 05 April 2011

MAJELIS PUSTAKA DAN INFORMASI PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

http://mpi.muhammadiyah.or.id/


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah mempunyai situs sendiri yang disediakan oleh website Persyarikatan Muhammadiyah.  Situs ini menjadi media untuk memberikan informasi tentang profil, visi, misi, kegiatan MPI, sekaligus sebagai media pendidikan bagi seluruh pengguna dunia maya di manapun berada. 

Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah telah memperoleh mandat dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mengembangkan website persyarikatan.  Untuk itu, kami telah bekerja keras untuk mengembangkan website Muhammadiyah dengan tampilan yang sangat dinamis dalam bentuk tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia (sebagai default), bahasa Arab dan bahasa Inggris.  Selain itu, MPI juga sudah merencanakan banyak program pengembangan, khususnya terkait dengan kepustakaan, telekomunikasi, media syiar televisi dan radio, serta program-program lain.  Semua program sudah dituangkan dalam bentuk usulan program hasil rapat kerja MPI bulan Pebruari 2011 di Yogyakarta.

Berkenaan dengan implementasi program, kami mengharapkan adanya dorongan dari para Ketua PP Muhammadiyah, kerjasama dari semua Majelis/Lembaga dari PP hingga rantging serta seluruh jajaran kepemimpinan Muhammadiyah semua jenjang.  Khusus untuk website Muhammadiyah, kami mengharap agar seluruh pimpinan semua level bersedia untuk mengelola secara mandiri dengan bimbingan dan petunjuk langsung dari MPI Pusat.

Dalam situs MPI ini, kami menginformasikan beberapa informasi terkait dengan sejarah, profil, visi, misi, program kerja, organisasi, agenda, berita, pengumuman dan lain-lain yang Insya Allah bermanfaat bagi warga Muhammadiyah pada khususnya, dan masysarakat dunia pada umumnya. 

Selamat berselancar di dunia maya Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinana Pusat Muhammadiyah.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


Ketua MPI PP Muhammadiyah, Drs. H. Muchlas, MT

Senin, 04 April 2011

TEKNOLOGI INFORMASI DAN RELEVANSINYA TERHADAP GERAKAN ISLAM

 
Oleh: Mazid Fuadi
 
Teknologi Informasi merupakan instrument dalam dunia modern yang tak mungkin bisa dielakkan. dinamika kehidupan membutuhkan, bahkan menjadi konsumsi harian umat manusia sehingga eksis hidupnya. Pada zaman dahulu, manusia sekedar menulis di kertas, atau pesan lisan dikirim lewat burung merpati, ataupun sepeda ontel. saat ini, apabila memakai itu, sebelum pesan sampai tujuan, maka sms, telpon, facebook dan situs social networking lain, sudah samapai terlebih dahulu.
Salah satu contoh, dalam sejarah pemikiran islam, di zaman imam madzhab dahulu, berguru itu memakai onta atau yang lebih sederhana. Barangkali ini menjadi kendala, jika kita bandingkan antara imam hanafi dan malik. imam malik yang hidupnya di Makah atau madinah, akan sangat mudah mendapatkan khazanah kitab-kitab islam, ketika ada masalah keagamaan, mudah menjangkau. namun lain halnya bagi imam hanafi yang berada di irak baghdad. apabila bolak-balik memakai onta menuju makkah atau madinah setiap kali ada masalah, maka ketika sudah sampai rumah, akan muncul masalah baru yang lebih kompleks. sehingga kondisi ini mempengaruhi pola pikir keagamaan hanafi. 
Walhasil, corak pemikiran Malik lebih tekstual, lebih formalistik, ketat, dalam mengamalkan ajaran agama. sedangkan imam hanafi lebih mengandalkan ijtihad dengan akal pikiran. maka malik sering dikenal sebagai "ahlu al-hadits", sedangkan Hanafi disebut "Ahlu al-Ra'yu".
Inilah salah satu tanda suatu zaman, dimana komunikasi sosial, teknologi/ instrumen informasi amat dibutuhkan. meskipun secara nilai yang dianut manusia zaman modern amatlah jauh daripada umat zaman Nabi dahulu, terutama kadar keimanan, ketakwaan, dan keilmuan.Wallahu a'lam bi as-shawwab.

Senin, 28 Maret 2011

PROGRAM KERJA MAJELIS PUSTAKA DAN INFORMASI PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH SLEMAN

PERANCANGAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI TERPADU 
Oleh: M. Hanif Priatama, ST
mhanifpriatama@gmail.com


A. Pendahuluan

Sistem informasi adalah sebuah mekanisme pengumpulan, penyimpanan, penyusunan, dan presentasi data informasi yang berguna untuk suatu organisasi atau perusahaan. Data atau informasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Data atau informasi dapat berupa data personal, dokumen arsip, literatur atau pustaka, dan lain-lainnya.
Sebagai organisasi dakwah, sistem informasi sangat diperlukan sebagai acuan dakwah, alat kontrol organisasi, bahkan bila dipadukan dengan sistem pustaka bisa menjadi sumber referensi yang efektif dan efisien.

B. Aspek-aspek dalam pengembangan sistem informasi

Sistem informasi akan berguna apabila memperhatikan siapa yang akan memanfaatkan informasi, bagaimana menggali, menyimpan, dan menyajikannya secara efisien.
Dalam lingkup PDM Sleman, aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah :
  1. Jenis informasi yang perlu dikumpulkan (hasil sidang/raker, dokumentasi kegiatan, data personal, data/profil lembaga/majelis/AUM, data demografis/geografis peta dakwah, hasil karya tulis Muhammadiyah, dll)
  2. Mekanisme pengumpulan informasi (melalui angket, sms-gateway, internet/email, reportase, korespondensi, browsing, digitalisasi buku, dll)
  3. Mekanisme pengolahan informasi (database, digital library)
  4. Mekanisme penyajian informasi (sms-broadcast, blog/web, millis, majalah, publikasi umum, dll)
  5. Pengembangan sistem informasi berbasis teknologi informasi dan pustaka
  6. Pengembangan sumber daya insani pendukung sistem informasi terpadu (perekrutan agen komunikator/agen pengumpul data, agen penyaji data, dll)
  7. Peningkatan budaya penggunaan teknologi informasi di lingkup pimpinan, majelis, lembaga, ortom dan amal usaha (pelatihan internet, pelatihan teknologi e-library, pelatihan dokumentasi dalam bentuk digital, dll)

C. Manfaat

Bagi PDM, setiap anggota PDM Sleman dapat berinteraksi serta berkegiatan yang terekam dalam data base, sehingga aktifitas organisasi akan selalu meningkat. Bila tidak ada dokumentasi yang baik dan mudah diakses kembali, pembahasan atau kegiatan selalu hanya diulang dan tidak berkembang.

PDM dapat memanfaatkan jaringan yang dibentuk dalam sistem informasi terpadu ini sebagai publikasi, konsolidasi, dan dokumentasi. Bagi Amal Usaha, sistem informasi sangat bermanfaat sebagai alat koordinasi dengan pimpinan, serta menjadi sumber informasi yang diperlukan oleh amal usaha, dan bahkan bisa menumpang publikasi. 

Bagi warga Muhammadiyah dan masyarakat luas, dapat segera memperoleh informasi dari PDM Sleman, baik berupa sumber-sumber rujukan, atau hal lainnya.

Minggu, 27 Maret 2011

MAJALAH SANG SURYA

Berdasarkan Rapat Majelis Pustaka dan Informasi yang dilaksanakan rutin setiap hari  Rabu, di tetapkan point – point sebagai berikut:
  1. Memberikan nama Majalah MPI PDM dengan nama “Sang Surya”
  2. Akan segera mendesain Majalah Sang Surya, akan diterbitkan minggu ke-3 bulan April Mendatang
  3. Melakukan pengenalan Majalah dalam acara pelantikan PDM Sleman, Ahad 20 maret 2011.
  4. mencari sponsor, kerjasama, iklan kepada berbagai pihak
Semoga Majalah tersebut segera sukses diterbitkan. harapan kami bantuan, kerjasama, iklan, sponsor dari bapak/ ibu/ lembaga maupun perorangan, untuk menunjang pendanaan pembuatan Majalah tersebut. terima kasih..

Silahkan buka juga:
http://lpi-pdmsleman.blogspot.com/
http://mazidfuad.wordpress.com/
 
Jalinan komunikasi :
Email: mpi.pdm@gmail.com atau nurjid11@gmail.com

Kamis, 03 Maret 2011

III. Berdasarkan Rapat Majelis hari Rabu, 02 Februari 2011, Maka MPI PDM Sleman membuat program capaian sesuai dengan skala prioritas, yang urutannya sebagai berikut:

  1. Pelatihan Media Pembelajaran Guru -Guru SD<SMP< SMU<SMK se-Sleman
  2. Lomba Desain Web bagi warga Muhammadiyah khususnya anak muda.
  3. Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Guru -Guru SD<SMP< SMU<SMK se-Sleman
  4. Pembuatan dan pengembangan Majalah Surya Sembada yang salah satunya mempublikasikan kegiatan amal usaha.
  Program - program ini berbeda prioritasnya dengan  rapat sebelumnya (dalam romawi II), dengan pertimbangan:
  • Teknologi informasi merupakan insrument utama di abad informasi ini. bagi umat islam khususnya Muhammadiyah haruslah mengembangkan kecanggihan teknologi informasi modern ini, seperti guru - guru selain mengajar juga perlu kembangkan seni mengajar dengan instrument media seperti laptop, proyektor, mengajar dengan bervariasi polanya, tidak monoton, ada game nya, dst..
  • Web bukan hanya menjadi trend abad millenium ini, tetapi sudah menjadi kebutuhan zaman. khususnya Muhammadiyah perlu mengembangkan jaringan, guna menyebarluaskan ide-ide islam Muhammadiyah, yang bisa berdialog dengan kemajuan zaman.

Selasa, 01 Maret 2011

Program MPI

Mengacu Pada Program LPI Hasil Muktamar Muhammadiyah ke 46=

1. Dokumentasi Sejarah&karya intelektual

2. Sistem Pustaka E-Library

3. Distribusi Kepustakaan

4. Pelayanan Perpustakaan Terbuka

5. Pelatihan Pustakawan

6. Public Relation Persyarikatan

7. Pengembangan Sistem Informasi:

  -multimedia:cetak&elektronik

  -teknologi informasi:radio,tv,internet mobile device, kantor maya.

  -sistem database:digitalisasi dokumen,sistem aplikasi profil, database personal/ kader,database
    kegiatan,database amal usaha, database media/multimedia.

  -distro linux muhammadiyah

8. Pengelolaan website

9. Pengembangan aplikasi KTAM

10. Pengembangan aplikasi SI Majelis

11. Radio komunitas

12. Jaringan antar media

13. Pelayanan publikasi

14. Pengendalian dan penjaminan mutu media..

   ¤ Silakan kunjungi http://lpi-pdmsleman.blogspot.com/ ¤created by mhanifpriatama@gmail.com

II. Maka, MPI PDM Sleman membuat program capaian yang segera akan dilaksanakan, yakni:
  
    1. Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Guru -Guru SD<SMP< SMU<SMK se-Sleman
    2. Pembuatan dan pengembangan Majalah Surya Sembada yang salah satunya mempublikasikan kegiiatan
        amal usaha.
    3. Pelatihan dan Lomba Desain Web bagi warga Muhammadiyah.
     
    Setidak-tidaknya 3 program itu, sebagai target MPI kedepan,,Selamat berkarya,,,"Fastabiqul Khairat"

Senin, 28 Februari 2011

Program MPI

Mengacu Pada Program LPI Hasil Muktamar Muhammadiyah ke 46=

 *Dokumentasi Sejarah&karya intelektual

*Sistem Pustaka E-Library

*Distribusi Kepustakaan

*Pelayanan Perpustakaan Terbuka

*Pelatihan Pustakawan

*Public Relation Persyarikatan

*Pengembangan Sistem Informasi:

   -multimedia:cetak&elektronik

  -teknologi informasi:radio,tv,internet mobile device, kantor maya.

  -sistem database:digitalisasi dokumen,sistem aplikasi profil, database personal/  kader,database kegiatan,database amal usaha, database media/multimedia.

  -distro linux muhammadiyah



*Pengelolaan website

*Pengembangan aplikasi KTAM

*Pengembangan aplikasi SI Majelis

*Radio komunitas

*Jaringan antar media

*Pelayanan publikasi

*Pengendalian dan penjaminan mutu media..

¤Silakan kunjungi http://lpi-pdmsleman.blogspot.com/

¤created by mhanifpriatama@gmail.com

Mazid page source

MPI PDM | Muhammadiyah

MAJELIS PUSTAKA DAN INFORMASI PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KABUPATEN SLEMAN

..

MPI PDM SLEMAN

..

PP MPI | PP MUHAMMADIYAH | PDM SLEMAN | FATWA TARJIH | NEWS

From Blogger Pictures

Untuk lebih lengkapnya kunjungi blog mpi di http://www.mpipdmsleman.blogspot.com atau website PDM Sleman di DISINI


PROGRAM KERJA MPI

1.Menerbitkan Majalah Sang Surya

a.Edisi Perdana

b.Edisi ke-2 sudah standard issn

2.Membuat Website/blog

a.Sudah membuat blog : http://www.mpipdmsleman.blogspot.com

b.Sudah Dibuatkan Web Domain oleh MPI PP Muhammadiyah yakni http://www.muhammadiyah.or.id,dengan menjadi sub-domain http://sleman.muhammadiyah.or.id dan di tugasi untuk hosting website tersebut

c.Sudah membuat akun Twitter: @mpipdm

3.Trainning Pustaka Digital (e-library) untuk pengelolaan kepustakaan Amal Usaha Sekolah Muhammadiyah Se-Sleman

4.Pelatihan Media Pembelajaran Bagi Para Guru Sekolah Muhammadiyah Se-Sleman

5.Merangkum Sejarah (Galery) Muhammadiyah Kabupaten Sleman


All Right Reserved © 2012 by mazid fuadi


Script Al-Quran

Mau Script Al-Quran seperti ini? Klik Disini!